Akhi, ragamu merdeka walau dibalik terali besi
jiwamu merdeka meski dibelenggu
Jika pada Allah engkau berpegang selalu
Maka makar musuh takkan bisa memusnahkanmu
Akhi, telah jemukah engkau berjuang?
Membuang jauh senjatamu berperang
Lalu siapa lagi yang kan obati luka pasukan?
Dan panji-panji itu siapa lagi yang kan kibarkan?
Akhi, hari ini aku kan menjelma palu besi yang keras
Dengannya akan kulantakkan batu gunung yang menjulang keatas
Esok, aku akan menghapusnya dengan pukulan penghabisan
Segala kepala-kepala ular itu, hingga hancur berkepingan
Seandainya kau tangisi kematianku
Dan kau siram pusaraku dengan air mata
Maka diatas tulangku yang hancur luluh
Nyalakanlah suluh api kebangkitan
Dan bergeraklah menuju gerbang kejayaan umat
Sesungguhnya kematianku adalah sebentuk perjalanan
Bertemu kekasih yang sedang merinduiku
Bahkan taman-tamanNya bahagia menerimaku
Dan burung-burung berterbangan riang menyambutku
Maka bahagialah aku berada disana
Akhi, aku takkan pernah jemu dari berjuang
Dan takkan pula kucampakkan senjataku
Bila aku mati, maka aku syahid
Dan engkau akan terus maju dengan gemilang
Aku akan menuntut pamrih, tapi pamrihku untuk Rabb dan Dien
Dan akan terus melangkah diatas jalanku dengan sepenuh yakin
Sampai datang kemenangan dan kemuliaan
Atau kembali kepada Rabbku di negeri yang kekal
—
* Syair Terakhir Sayyid Quthb Rahimahullah sebelum menghadapi tiang gantungan.