Di Ujung Membaca Alquran

Seakan mewakili kondisi saya akhir-akhir ini. ta’iduni ilal Qur’an, ya Rabb.

Pohon Gula

Dulu, aku dan kakak laki-lakiku adalah dua saudara yang tidak pernah akur setiap waktu. Aku tidak menemukan figur kakak laki-laki idaman adik perempuan pada sosoknya. Kami hobi bertengkar, dia hobi ngece, aku hobi menangis. Aku tidak cukup cekatan membalas ece-annya dan tidak cukup kuat memukulnya yang bertulang keras serta pandai berkelit.

Tapi setidaknya, ada satu hal yang kami selalu kompak kerjakan. Mengaji di ruang tengah yang diakhiri dengan membaca doa khatam quran.

Allahummarhamna bil quran, waj’alhulana imaaman wa nuuran wa huda wa rohmah. Allahumma dzakkirna minhu maa nasiiha, wa’allimna, minhu maa jahiilna, warzuqna tilaawatahu, aana al laili wa aana an nahaari, waj’alhulanna hujjatan, yaa Rabbal Alamin.

Doa-doa ini kami lafadzkan dengan nada yang begitu begitu saja. Membacanya, pertanda kewajiban mengaji selesai sudah. Bisa ditinggal untuk bersiap makan malam, nyemil, atau sekadar iseng merapikan buku untuk esok sekolah.

Tak jarang, kami–aku membacanya sambil lalu. Sambil melamun, mengelupasi renda mukena, melipat ujung-ujung…

View original post 326 more words

Published by

moslemmuda

school-ers

Leave a comment